Rabu, 28 November 2012

Adat Istiadat






ADAT  DAERAH DOMPU

I. Musyawarah (mbolo weki) yang merupakan kesepahaman dan kesepakatan diantara keluarga dekat dan masyarakat dompu pada umumnya melaksanakan secara bersama-sama juka ada hajatan atau disebut dengan bahasa daerahnya (kancombu rakancore).

II. Hataman al-qur’an yang pada dasarnya anak yang disunat dan dikhitan sebaiknya bisa mengaji dahulu sebelum disunat.

III. Melakukan ngaji jama’ (ngaji jama’) sekaligus do’a bersama agar pelaksanaan hajatan yang dimaksud terhindar dari hambatan dan rintangan sejak awal hingga pada akhirnya.

IV. Arak-arakan dengan menggunakan umalige (rumah tradisi dompu sebagai tempat duduk mereka kemudian dipasung secara bersama-sama berkeliling kampung dan diiringi dengan gendang besar dan nafiri (silu) juga …………… Yang lainnya seperti jara, sarone, kareku kandei. Tari penyambutan dan permainan rakyat seperti gantaung, permainan prisaian dan hadara.V. Kapanca adalah merupakan pemberian kecantikan pada diri si anak agar dia bisa melupakan rasa sakit yang ia bayangkan yang dilakukan oleh kaum wanita yang mempunyai karismatik ditengah-tengah masyarakat terdiri dari 7, 9 bahkan 11 orang dengan menggunakan beras kuning untuk ditabur pada sekeliling anak, air bunga untuk diteteskan pada badan dan daun pacar untuk ditempelkan pada telapak tangan si anak dengan melakukan zikir (sarafal anam) sebai pengirim diaat melakukan kapanca.

VI. Compo sampari (persenyawaan dengan bedogan) yang dilakukan oleh kaum bapak, anak laki-laki agar diri si anak tidak gentar dan takut menghadapi musibah yang menimpa dirinya yaitu ujung kemaluannya dipotong (dou rangga) dan sebagai landasan petuah adat masyarakat dompu jasmani dan rohani harus memiliki empat faktor untuk kehidupan yaitu : umataho, wei taho, jara taho, besi taho yang artinya rumah yang baik, istri yang baik, kuda yang baik dan besi yang baik untuk kehidupan.
 

VII. Makka adalah si anak dengan melakukan gerakan menghulu keris ……………. Pusaka dengan mengentaskan kakinya sambul berucap tas rumae 3 x. Dompora sumpu wudu lamada mada watira dahuku. ……. Ake dou rangga ……. Mada dahu dipili tas rumae 1, 2 kali dengan langkah mundurdan mencium keris dan keris dimasukan pada sarungnya yang artinya :

- tas ruma = dengan nama tuhan aku bertawakal.
- dompo sumpu wudu lamada = potong ujung kemaluanku.
- ake dou rangga = saya orang yang kuat (laki-laki jantan).
- mada dadahu dipili tidak takut rasa sakit.
- tas rumae = bertawakal atas nama tuhanku.

VIII. Penyunatan dan penghitanan :
Proses ini bagi anak laki-laki dilakun oleh kaum bapak bagi anak perempuan dilakukan oleh kaum ibu disaat sunat dan khitanan selalu dibunyikan gendang dan salawat nabi dan sisa kotoran tersebut dimasukan dalam periuk baru yang berlilitkan kain kafan dan benang putih lalu dibuang kesungai dengan melempar diatas loteng dengan bahasa petuah agar anak tersebut dikelak kemudian hari anak tersebut menjadi pemimpin dan panutan bagi orang lain.

IX. Do’a (jamu bersama)


X. Sedekah (mebagi-bagikan isi bumi yang diperagakan sebagai sesajin untuk memperindah dan bahan untuk kehidupan) seperti :

- wua haju = buah-buahan.
- isi dana = biji-bijian dari tanah.
- pangaha = jajan tradisional

A. Untuk anak-anak sekitarnya.
B. Untuk dukun sunat (sando) sunat

Demikian uraian singkat tentang prosesi sunatan dan khitanan atau bahasa daerahnya disebut “suna randoso” yang menjadi kebiasaan masyarakat dompu tempo dulu hingga sekarang yang telah ditetapkan dengan patokan hukum adat dan tradisi masyarakat bumi nggahi rawi pahu kabupaten dompu atas saran kritikan dari semua pihak kami terima dengan senang hati sebagai menambah wawasan dan pengetahuan untuk kelengkapan budaya lokal untuk dijadikan budaya nasional dimasa-masa yang akan datang.




DESA RANGGO, DOMPU RESMI DIJADIKAN DESA BUDAYA

Desa Ranggo, Kecamatan Pajo Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat ditetapkan sebagai desa budaya, selain karena desa tersebut secara historis merupakan desa tertua di daerah ini juga banyak tradisi lama yang masih di pertahankan.
Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Dompu Alwi di Dompu Senin, mengatakan, masyarakat di di Desa Ranggo hingga kini masih mempertahankan adat istiadat serta kesenian warisan leluhur.
Peresmian Desa Ranggo menjadi desa budaya menurut rencana akan dilakukan oleh Gubernur Nusa Tenggara Barat TGH. M. Zainul Majdi September 2011.
“Jika ingin melihat Dompu secara utuh, maka datanglah ke Desa Ranggo. Di desa ini segala kegiatan upacara adat dan permainan khas daerah ini masih dipertahankan,” katanya.

Ia mengatakan, berbagai jenis kebudayaan dan kesenian yang masih dipertahankan di desa Ranggo diantaranya, kesenian “Manca Balemba” (berbalas pantun), tradisi “Kareku Kandai”  (memukul lesung untuk mengumumkan upacara adat dan hajatan), “Pati Cili” (petak umpet) dan “Rawa Mbojo” (lagu-lagu daerah etnis Dompu dan Bima dengan iringan biolaADAT ISTIADAT


Alwi mengatakan, sebagai pintu gerbang menuju obyek wisata Lakey (wisata surfing yang terkenal hingga mancanegara itu, Desa Ranggo cocok dijadikan filter masuknya budaya asing.
“Keberadaan Desa Ranggo sebagai desa budaya cocok  bisa dijadikan filter masuknya budaya asing, karena desa ini telah puluhan tahun mempertahankan kebudayaan Dompu yang ramah, santun dan saling menghormati sesaman,” katanya.
Dari beberapa desa di kabupaten Dompu, hanya desa Ranggo yang masih menjalakan adat istiadat warisan leluhur. Selain itu, desa ini juga mempunyai industri  tenun kain songket, yang menjadi motor penggerak etika berbusana di daerah ini.
).

Alwi mengatakan, sebagai pintu gerbang menuju obyek wisata Lakey (wisata surfing yang terkenal hingga mancanegara itu, Desa Ranggo cocok dijadikan filter masuknya budaya asing.

“Keberadaan Desa Ranggo sebagai desa budaya cocok  bisa dijadikan filter masuknya budaya asing, karena desa ini telah puluhan tahun mempertahankan kebudayaan Dompu yang ramah, santun dan saling menghormati sesaman,” katanya.

Dari beberapa desa di kabupaten Dompu, hanya desa Ranggo yang masih menjalakan adat istiadat warisan leluhur. Selain itu, desa ini juga mempunyai industri  tenun kain songket, yang menjadi motor penggerak etika berbusana di daerah ini.

1 komentar:

  1. ass.... mhon maaf seblumnya ayahanda,,, ananda ingin minta bantuan. kalau bisa keberadaan tradisi jiki sarafal anam di masukan diblog ini, karena buku yang membahas masalah sarafal anam yang ada didompu tidak pernah saya temukan baik diperpus daerah atau didinas kebudayaan....
    terima kasih banyak...
    mhon bantuannya ayahanda

    BalasHapus